Sabtu, 29 November 2008

ROKOK
Dulu waktu aku masih kuliah dan kerja, aku hampir tidak pernah lepas dari rokok. Dari rokok superior yang berharga mahal seperti Dji Sam Soe. Rokok kelas menengah seperti Bentoel Biru, Surya Internasional kemudian rokok medium (mild) seperti Sampoerna Mild, Star Mild dan lain-lain. hingga rokok kelas ekonomi seperti Gudang Garam Soft Pack Putih (sekarang masih ada nggak ya?). Pokoknya mulutku bagai asbak saja, semua rokok terasa nikmat, apalagi waktu itu (akhir tahun 80an hingga awal tahun 90an) harga rokok nggak mahal-mahal banget seperti sekarang. Harga rokok sekarang ini sudah hampir meningkat tiga kali lipat. Tapi syukur, alhamdulillah, sekarang dapat dikatakan aku sudah mandeg merokok walaupun belum sepenuhnya. Kalau ada orang disekitarku misalnya teman atau sedulur yang merokok pasti aku tidak dapat menahan untuk tidak ikut menghisap. Namun dengan mengingat harga rokok sekarang ini dan terutama masalah kesehatan, aku berusaha untuk tidak menjadi perokok lagi. Selain itu setelah dihitung-hitung dan dikonversikan ke berbagai harga kebutuhan, harga rokok ini luar biasa mahal. Anggap saja harga rokok kelas mild sekarang ini Rp. 6.000-7.000 per bungkus, maka dengan harga ini berbagai barang kebutuhan sehari-hari sudah bisa terbeli misalnya gula yang per kilonya tidak lebih dari 6.000 rupiah. Beras kelas menengah harganya Rp. 6.000 an, susu kental manis ukuran kecil juga tidak lebih dari Rp. 7.000. Misalkan saja dalam sebulan aku beli rokok sebanyak 30 bungkus maka seandainya uang tersebut dibelikan gula maka akan tersedia sebanyak 30 kg gula atau 30 kg beras atau susu kental manis sebanyak 30 kaleng. Lumayan banyak kan! Belum lagi kalau dikonversikan ke bensin, dengan harga bensin sekarang Rp. 6.000 per liter tentu bisa terbeli 30 liter bensin. Untuk sepeda motor Honda Supra Fit ku itu artinya bisa menempuh jarak kurang lebih 1500 km!. Atau kalau ingin yang lebih ekstrim lagi, uang belanja rokok ini dihitung dengan skala nasional. Anggap saja hanya sepersepuluh persen (0,1 %) penduduk Indonesia (200 juta) yang membeli rokok per hari seharga Rp. 6.000, maka akan didapatkan uang belanja rokok sebesar Rp. 1.200.000.000 (0,001 x 200.000.000 x 6.000) atau 1,2 milyar rupiah per hari. Semoga tidak salah hitung dan estimasi yang dipakai tidak jauh meleset. Kalaupun salah hitung atau estimasi ini meleset tetap saja uang belanja rokok skala nasional bernilai milyaran rupiah! Sungguh, itu berarti potensi dana yang luar biasa.
Bagi para perokok, merokok adalah hal yang membawa sensasi tersendiri. Dengan merokok beberapa orang bisa mendapatkan kenikmatan, inspirasi, lebih bisa berkonsentrasi atau untuk menghilangkan stress. Bahkan melamun sambil merokok akan terasa nikmat sekali.
Namun akhir-akhir ini kebebasan merokok bagi para perokok mulai terganggu karena akan diberlakukannya undang undang tentang larangan merokok di tempat umum. Di ibukota Jakarta Perda No 2 tahun 2005 ini sekarang telah mulai diberlakukan. Sehingga untuk merokok hanya diperbolehkan di tempat tempat tertentu. Belum lagi akan dikeluarkan fatwa haram untuk rokok oleh MUI pada awal tahun 2009, tentu ruang kebul bagi para perokok semakin sempit.

Jumat, 14 November 2008

MLC

Pernahkah teman teman mendengar istilah MLC? Apakah MLC itu? Apakah teman teman ada yang pernah mengalami dan berhasil melaluinya? Apakah mungkin saat ini saya juga sedang terkena MLC?.
MLC adalah kepanjangan dari MILD LIFE CRISIS, bila dibahasa Indonesiakan mungkin artinya KRISIS USIA PARUH BAYA. Yaitu kondisi krisis yang berhubungan dengan jiwa yang sedang bimbang. Hal ini terjadi umumnya pada pria usia 40-an yang telah berkeluarga (menikah dan punya anak). Penyebabnya karena mengalami peralihan dari masa muda menuju dewasa, dimana fisik, hormon, dan psikologi berubah drastis. Termasuk cara berpikir, hubungan dengan istri, perlakuan terhadap anak-anak, dan lain lain. Sedangkan hal nyata yang sering dijumpai adalah adanya perubahan tata laksana hidup sehari hari misalnya: cara berpakaian, gaya bicara, selera terhadap berbagai hal, gaya pergaulan dan masih banyak lagi lainnya.
Apakah tanda-tanda orang yang mengalami MLC?
Apakah setiap pria dapat merasakannya?
Bagaimana rasanya? Bagaimana melaluinya?
Selain mendekatkan diri pada Allah SWT, apakah yang sebaiknya dilakukan ketika merasa mengalami MLC?
Atas semua pertanyaan pertanyaan di atas saya juga belum mendapatkan jawabannya. Banyak buku buku Psikologi yang membahas MLC ini disertai cara cara melaluinya dengan aman. Tapi sengaja saya tidak banyak membaca buku buku itu sepenuhnya, karena apabila saya mengalami MLC ini, mungkin saya lebih memilih untuk menikmatinya dan tidak menghindarinya.

Sabtu, 25 Oktober 2008



Kalo yang ini "My Wife", Etiek Roesma, konco kuliah dulu. Sekarang lagi semangat garap dan penggiat kuliner (padahal dulu gak bisa masak blas)
Anakku pas liburan Hari Raya 2008


Dua anakku: Calista Amalia Wiradara (IJ) dan Salma Tsabita Wiradara (Evol)

Selasa, 14 Oktober 2008


Iki aku pas berpartisipasi di kampungku

Senin, 13 Oktober 2008


Ini foto terbaruku pas Halal bi Halal SD PPSP, 3 Oktober 2008. Aku nomor tiga dari kiri. Sayang meski aku paling lemu tapi nang foto iki cuma kelihatan separo!
Ki-ka: Wawan, Dudik, Iwan Pras, Nunung, Tiyok, Uut, Lilik Furqon

Lho iki gambar opo? Inilah foto mie pangsit yang rasane uenak puol, yang adanya cuma di Kedai "duaDara". Insya Allah akan segera dibuka cabang baru di Pujasera Dian Ilmu, Jalan Wilis.
SABAR
Kritik diri pribadi Iwan
Sabar, itu sebuah kata sederhana yang sangat sering kita dengar. Kata yang sering diucapkan ketika terjadi peristiwa duka atau bencana. Sabar adalah sebuah kata yang mempunyai banyak makna. Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia (W.J.S. Poerwadarminta) sabar mempunyai arti 1. Tahan menderita sesuatu (tidak lekas marah, tidak lekas patah hati, tidak lekas putus asa). 2. Tenang, tidak tergesa-gesa, tidak terburu nafsu. Sedangkan kesabaran mempunyai arti sifat sabar, ketabahan hati dan ketenangan hati.
Kata sabar atau kesabaran, juga banyak sekali tertuang dalam Al-Qur’an, antara lain dalam surah Luqman ayat 31, Al-Qashash ayat 80, Al-Hajj ayat 35, An-Nahl ayat 42, 96, 110. Atau setidaknya yang paling akrab di pendengaran kita adalah surah Al-Ashr ayat 3, yang isinya antara lain untuk saling menasetkan tentang kesabaran. Sedangkan ganjaran atau hadiah bagi orang yang sabar tertuang dalam Al-Qur’an antara lain surah Al-Furqon ayat 75, Hud ayat 11, An-Nahl ayat 126, Al-Mu’minun ayat 111. Sedangkan doa untuk tetap menjadi orang sabar diajarkan Allah SWT dalam surah Al-A’raaf ayat 126.
Dalam budaya Jawa, perilaku sabar juga dianggap sebagai jalan hidup. Adanya ungkapan “Trimo ing pandhum” yang bermakna menerima takdir atau semua pemberian dari Yang Maha Kuasa apa adanya, memberikan kesan pentingnya kesabaran dalam menjalani hidup.
Namun sekarang dengan berbagai perubahan budaya di masyarakat akibat globalisasi atau beratnya kehidupan akibat tekanan sosial dan ekonomi, perilaku sabar ini semakin jarang terlihat keberadaannya. Contoh sederhana adalah tingkah polah masyarakat dalam berkendaraan atau mengemudikan kendaraan di jalan raya. Berbagai kejadian kecelakaan tidak sedikit yang disebabkan karena ketidak sabaran. Contoh yang lebih rumit lagi yaitu banyaknya peristiwa pembunuhan atau kejadian kriminal lain yang berakar dari ketidak sabaran. Peristiwa terbaru yang menimbulkan kepedihan mendalam adalah meninggalnya lebih dari 20 orang di Pasuruan karena berebutan untuk mendapatkan zakat.
Banyaknya remaja atau kaum belia yang melakukan “perkawinan” sebelum pernikahan juga menunjukkan ketidak sabaran yang dipengaruhi budaya asing.
Tekanan sosial dan ekonomi berlaku bagi semua strata di masyarakat. Orang yang tidak mampu tidak sabar ingin segera keluar dari himpitan ekonomi. Orang yang mampu atau bahkan orang kaya tidak sabar ingin bertambah kaya lagi agar status sosial lebih meningkat. Sehingga diambillah berbagai jalan singkat yang tidak sesuai dengan norma dan bahkan kaidah agama.
Masih banyak lagi masalah-masalah sosial yang ditimbulkan akibat ketidak sabaran. Sebaliknya tidak sedikit masalah sederhana yang bisa diselesaikan dengan kesabaran. Masalah masalah pelik bisa dikurangi kerumitannya juga dengan mengambil sikap sabar. Kalau demikian kenapa kita tidak mencoba menjadi orang yang sabar. Memang untuk menjadi orang yang sabar di segala hal memang bukan perkara yang mudah. Namun untuk mulai belajar menjadi penyabar tampaknya tidak terlalu sulit. Hal sepele yang bisa dilakukan adalah mencoba sabar ketika sedang mengemudikan kendaraan di jalan raya. Dengan perilaku sabar di jalan pastilah kecelakaan lalu lintas yang hampir terjadi setiap hari, dapat berkurang. Untuk selanjutnya perilaku sabar diterapkan pada seluruh segi kehidupan sehari-hari. Dan akhirnya, mungkin sikap sabar tidak lagi menjadi langka.
Namun kalau toh kesabaran tetap langka, setidaknya setiap orang yang masih sehat dan normal pasti akan memilih untuk sabar dalam menunggu satu hal yaitu ajal. Tidak ada orang sehat dan normal yang tidak bersabar untuk segera menemui ajal atau gampangnya tidak seorangpun ingin cepat-cepat menemui ajalnya!