Facebook si ‘Kopi Manis’ dari Dunia Maya
Kopi manis hangat sangat nikmat dihidangkan dan dinikmati di pagi hari. Sebagai penambah semangat, penghangat badan atau penghilang rasa kantuk. Tapi kopi manis jangan terlalu banyak dikonsumsi, karena bisa bisa bukan lagi kenikmatan yang didapatkan tapi justru gangguan yang datang. Mulai dari kesulitan tidur, jantung berdebar hingga hal hal yang berhubungan dengan kesehatan misalnya hipertensi dan diabetes.
Hal tersebut mungkin bisa dianalogikan dengan Facebook, yaitu jejaring sosial yang sedang tren di dunia maya saat ini. Bahkan Indonesia merupakan negara terbanyak kelima di dunia yang menjadi penikmat Facebook. Facebook atau bukumuka atau bukurai atau istilah lainnya memang sedang mewabah saat ini (Surya, 3 Mei 2009). Banyak manfaat dan fasilitas yang bisa didapatkan dari situs ini.
Facebook bagai virus yang sangat cepat sekali penyebaran dan penularannya. Hanya dalam beberapa hari saja, seseorang yang baru saja membuka atau berkenalan dengan Facebook bisa memperoleh puluhan hingga ratusan teman. Teman ini bisa berupa teman lama yang sudah lama tidak bertemu atau bisa juga teman baru yang belum pernah bertemu sama sekali. Mulai dari teman yang ada di luar negeri hingga the girl nextdoor (cewek sebelah rumah). Berbagai fasilitas disediakan oleh situs ini, antara lain: pembentukan grup, pemberian hadiah (gift), iklan, obrolan (chatting), permainan dan masih banyak lagi.
Orang tidak perlu menjadi ahli atau paham mengenai internet untuk dapat aktif di Facebook. Orang awam hingga artis/selebritis terkenal bisa berinteraksi.
Apalagi saat ini sangat mudah untuk mengakses Facebook. Tidak perlu komputer, laptop, line internet, handphone sekelas comunicator atau bahkan Blackberrry. Cukup handphone biasa yang telah dilengkapi fasilitas GPRS. Ditambah lagi sekarang telah ada operator seluler yang memberikan akses internet semaunya (unlimited) dengan tarif yang cukup murah (Rp. 125.000/bulan). Sehingga Facebook bisa diakses dimana saja, kapan saja dan dengan biaya yang cukup murah (bahkan gratis).
Namun demikian kemudahan inilah yang apabila tidak disikapi secara bijaksana justru akan menimbulkan ‘gangguan’. Pada saat ini tidak sedikit karyawan kantor atau perusahaan yang sehari hari berhadapan dengan komputer juga membuka Facebook bersamaan dengan program utama yang dijalankannya (multitasking). Setiap saat bisa chatting, membalas pesan yang masuk, memberi komentar atau memperbarui statusnya. Bahkan untuk chatting tidak hanya satu orang teman yang on line tapi bisa sekaligus 4 hingga 8 orang teman. Meski tidak banyak menyita bandwith, hal ini tentu saja menyita cukup banyak waktu. Tidak sedikit orang yang menghabiskan waktu berjam jam hanya untuk menemani Facebooknya.
Facebook kadang juga menjadi ajang “Narsis Sejagat”, yaitu memamerkan keberdayaan dan keberadaan seseorang kepada dunia internasional. Seseorang kadang memperlihatkan kemampuan finansialnya melalui segmen “Apa Isi Tas Anda”. Atau memperlihatkan betapa sibuk dan tingginya mobilitas seseorang dengan meng-up date hampir setiap saat statusnya. Pagi jam 8 ada di Bandara Juanda, jam 10 sampai di ruang meeting di Jakarta, jam 4 sore sudah ada di pantai Sanur!. Ada juga anggota Facebook palsu atau memakai nama orang lain . Cobalah cari nama artis terkenal misalnya Aura Kasih atau Budi Anduk, maka dijamin bingung mencari mana yang asli. Di luar negeri bahkan terdapat grup pertemanan yang didasarkan atas kesenangan akan hal hal porno atau SARA.
Namun demikian tetap ada sebagian orang yang memanfaatkan situs ini untuk berdakwah. Contohnya eDakwah dan Shahih Bhukari, grup pertemanan yang khusus menyebarkan syiar agama melalui pengiriman pesan. Bahkan eDahwah telah memiliki lebih dari 2.400 anggota. Itulah Facebook si “Kopi Manis”, enak untuk dinikmati secukupnya namun apabila berlebihan bisa mengganggu “kesehatan”.